Pendidikan
Lingkungan Hidup
Rombel
4
Senin,
jam 11.00 -12.40
UPAYA
MASYARAKAT MEREHABILITASI HUTAN MANGROVE UNTUK MENGURANGI ABRASI AIR LAUT DI
REMBANG
disusun
oleh :
KELOMPOK
6
1.
Titah Bhurhandini (7101413014)
2.
Nur Farida Haq (7101413073)
3.
Nuzulia Intan Maulida (7101413145)
Abstrak
Program
rehabilitasi mangrove, saat ini mulai banyak digunakan oleh para stakeholder
mangrove di berbagai daerah di Indonesia, mengingat kerusakan mangrove di
pesisir-pesisir Indonesia semakin hari semakin mengkhawatirkan.Ekosistem
hutan mangrove memiliki peran yang sangat penting bagi ekosistem pantai, karena
hutan mangrove dapat mencegah abrasi air laut.. Oleh karena itu, perlu
dilakukan berbagai upaya untuk pelestarian hutan bakau agar dapat kembali
memberikan fungsinya bagi kesejahteraan makhluk hidup khususnya ekosistem di daerah
pantai dan mendukung pembangunan wilayah pesisir. Keikutsertaan masyarakat
dalam upaya rehabilitasi dan pengelolaan bakau dapat menjadi kunci keberhasilan
pelestarian bakau. Tingkat pengetahuan dan respon masyarakat terhadap
rahabilitasi ekosistim hutan manggrove akan didiskusikan dibawah ini.
Kata
kunci : hutan mangrove, rehabilitasi, abrasi laut
PENDAHULUAN
Menurut
Macnae (1968), mangrove berasal dari Bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove. Mangrove adalah tumbuhan yang terdapat di daerah pasang
surut maupun sebagai komunitas.Kita sering menyebut hutan di pinggir pantai
tersebut sebagai hutan bakau, walaupun ini tidak tepat, karena bakau adalah
nama lokal untuk menyebut salah satu jenis mangrove, yaitu Rhizophora.
Beberapa fungsi lain hutan mangrove
secara ekologis: (1) sebagai pelindung kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil;
(2) mengurangi terjadinya abrasi pantai dan intrusi air laut; (3)
mempertahankan keberadaan spesies hewan laut dan vegetasi, dan (4) dapat
berfungsi sebagai penyangga sedimentasi. Fungsi hutan mangrove secara ekonomis,
sebagai penyedia berbagai
jenis bahan baku kepentingan manusia dalam berproduksi, seperti kayu, arang,
bahan pangan, bahan kosmetik, bahan pewarna, dan penyamak kulit, sumber pakan
ternak dan lebah .Oleh
karena itu, seperti pendapat yang dikemukakan Tandjung (2002) bahwa kerusakan
dan kepunahan hutan mangrove perlu dicegah, dan perlu dikelola secara benar,
mendasarkan pada prinsip ekologis dan pertimbangan sosial ekonomis masyarakat
di sekitarnya.
Secara umum abrasi disebabkan oleh oleh dua faktor, yaitu faktor
alam dan faktor manusia. Penyebab faktor alam karena
(1) adanya arus gelombang yang terjadi akibat pasang surut air laut, sehingga
lama-kelamaan mengikis tepian pantai, (2) pemanasan global yang mengakibatkan
suhu di permukaan bumi meningkat, sehingga membuat permukaan air di seluruh
dunia meningkat dan kemudian merendam daerah yang permukaannya rendah.
Sedangkan abrasi yang disebabkan oleh faktor manusia, yaitu (1) pengambilan
batu karang dan pasir di pesisir pantai sebagai bahan bangunan, (2) penebangan
pohon-pohon pada hutan mangrove atau hutan pantai.
Data dari Mediaindo
(2003),menunjukan bahwa salah satu daerah yang paling parah kondisi mangrovenya
adalah Kabupaten Rembang,itu seluas 1.060 hektare dari 1.101 hektare luas hutan
bakau yang ada.Dari luas tersebut mangrove yang rusak mencapai 39,1% (117,1
hektare), kondisi sedang 9,4% (33,8hektare),dalam kondisi baik sekitar 51,5%
atau 50 hektare.
Program
rehabilitasi mangrove, saat ini mulai banyak digunakan oleh para stakeholder
mangrove di berbagai daerah di Indonesia, mengingat kerusakan mangrove di
pesisir-pesisir Indonesia semakin hari semakin mengkhawatirkan.
Berdasarkan
dari
hal tersebut
di atas,maka Kelompok
Tani Tambak Sidodadi
Maju Desa Pasarbanggi Kecamatan
Rembang Kabupaten Rembang merasa terpanggil
untuk berperan
aktif
dalam
penanggulangan
lahan kritis dan pelestarian sumber daya alam, dengan
jalan memanfaatkan lahan seoptimal mungkin
sesuai kemampuan lahan. Langkah
pertama yang
dilaksanakan yaitu menghijaukan lokasi dengan tanaman penghijauan (mangrove) dilanjutkan
dengan pembuatan pembibitan
tanaman untuk memenuhi kebutuhan kelompok khususnya
dan kebutuhan masyarakat pada umumnya.
Tujuan penelitian ini adalah
untuk memperkenalkan upaya merehabilitasi hutan mangrove agar mengurangi abrasi
laut di daerah pantai pasar banggi Rembang, Jawa Tengah. Selain itu bertujuan untuk mengenalkan fungsi dan
manfaat dari hutan mangrove.
PEMBAHASAN
Jenis-jenis
Mangrove
Mangrove dikelompokkan menjadi 2 jenis Mangrove Sejati
dan Mangrove Asosiasi.
- Mangrove
Sejati
Mangrove
Sejati terdiri dari 2 jenis yaitu Mangrove Mayor dan Mangrove Minor.
·
Mangrove mayor
tumbuhan
yang membentuk spesialisasi morfologis seperti akar udara dan mekanisme
fisiologis khusus lainnya untuk mengeluarkan garam agar dapat beradaptasi
terhadap lingkungan mangrove. Secara taksonomi, kelompok tumbuhan ini berbeda
dengan kelompok tumbuhan darat. Kelompok ini hanya terdapat di hutan mangrove
dan membentuk tegakan murni, tidak pernah bergabung dengan kelompok tumbuhan
darat. Mangrove mayor mempunyai 34 jenis. Contoh: Bruguiera cylindrica
(Tancang), Ceriops decandra (Kenyonyong), dan Rhizophora apiculata (Bakau).
·
Mangrove minor
Kelompok
ini bukan merupakan bagian yang penting dari mangrove, biasanya terdapat pada
daerah tepi dan jarang sekali membentuk tegakan murni. Mangrove Minor terdiri
dari 20 jenis spesies.Contoh: Pemphis acidula (Sentigi), Excoecaria agallocha
(Buta-buta), dan Xylocarpus granatum (Nyirih).
- Mangrove
Asosiasi
Kelompok
ini tidak pernah tumbuh di dalam komunitas mangrove sejati dan biasanya hidup
bersama tumbuhan darat. Contoh: Vitex ovata (Legundi), Terminalia catappa
(Ketapang) dan Thespesia populnea (Waru laut).
Mangrove
Asosiasi adalah pohon dan mempunyai banyak kesamaan dengan pohon bakau,
sehingga digabungkan juga sebagai kelompok bakau. Mangrove assosiasi terdiri
dari 60 jenis.
Data Statistik
Jenis Mangrove di Kota Rembang
Tabel 1. Jenis-jenis tumbuhan mangrove
di
pesisir Kabupaten
Rembang (Setyawan dkk., 2005a).
Nama Spesies Familia
Mangrove mayor
1. Avicennia alba Avicenniaceae p
+
+
+
2. Avicennia marina Avicenniaceae p + +
-
3. Avicennia officinalis Avicenniaceae p - +
+
4. Bruguiera cylindrica Rhizophoraceae p - +
-
5. Bruguiera gymnorrhiza Rhizophoraceae p -
+
-
6. Ceriops tagal Rhizophoraceae p - +
-
7. Nypa
fruticans Araceae p -
+
-
8. Rhizophora apiculata
Rhizophoraceae p -
+
-
9. Rhizophora mucronata
Rhizophoraceae p + +
+
10. Sonneratia alba Sonneratiaceae p -
+
-
11. Sonneratia caseolaris
Sonneratiaceae p -
+
-
12. Sonneratia ovata Sonneratiaceae p -
-
+
Mangrove minor
13. Acrostichum aureum
Pteridaceae s - +
-
14. Aegiceras floridum Lythraceae p -
+
-
Tumbuhan asosiasi
15. Acanthus ilicifolius Acanthaceae s +
+
+
16. Calotropis gigantea
Asclepiadaceae s - +
-
17. Cynodon dactylon Gramineae h +
-
-
18. Cyperus sp. Cyperaceae h +
+
-
19. Derris trifoliata Leguminosae s -
+
+
20. Hibiscus tiliaceus Malvaceae p -
-
+
21. Ipomoea pescaprae
Convolvulaceae h - -
-
22. Pandanus tectorius Pandanaceae s - -
+
23. Phragmites karka Gramineae h
+
-
-
24. Sesuvium portulacastrum Aizoaceae h +
+
+
25. Spinifex littoreus Gramineae h -
-
+
26. Stachytarpheta jamaicensiVerbenaceae h - -
-
27. Terminalia catappa Combretaceae
p - - +
Jumlah 27 8 18 11
Keterangan: “+”hadir; “-“ tidak hadir. p = pohon, s = semak, h =
herba/rumput.
(Wisnu Pangaribowo dkk.2005)
Morfologi
Mangrove
- Buah/Propagul
Mangrove jenis mangrove Rhizophoda
apiculata
·
Plumula adalah
bakal daun yang tertutupi oleh keping buah.
·
Keping buah bisa
dijadikan sebagai indikator bagi pemasakan buah.
·
Hipokotil semai
antara batang dan akar yang berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan dan
cadangan lainnya.
·
Radikula merupakan
bakal akar yang menjelma menjadi akar-akar mangrove yang kuat.
- Sistem Akar
Mangrove
Daerah yang menjadi tempat tumbuh
mangrove menjadi anaerob (tak ada udara) ketika digenangi air. Beberapa spesies
mangrove mengembangkan sistem perakaran khusus yang dikenal sebagai akar udara
(aerial roots), yang sangat cocok untuk kondisi tanah yang anaerob. Akar udara
ini dapat berupa akar tunjang, akar napas, akar lutut dan akar papan. Akar
napas dan akar tunjang yang muda berisi zat hijau daun (klorofil) di bawah
lapisan kulit akar (epidermis) dan mampu untuk berfotosintesis. Akar udara
memiliki fungsi untuk pertukaran gas dan menyimpan udara selama akar terendam.Berikut ini adalah penjelasan mengenai beberapa bentuk
akar dari jenis mangrove :
1. Akar udara (Aerial root) : Struktur yang menyerupai
akar, keluar dari batang, menggantung di udara dan bila sampai ke tanah dapat
tumbuh seperti akar biasa. Beberapa kadang-kadang menyerupai struktur akar yang
dimiliki oleh famili Rhizophoraceae.
2. Akar banir/papan (Buttress) : Akar berbentuk seperti
papan miring yang tumbuh pada bagian bawah batang dan berfungsi sebagai
penunjang pohon.
3. Akar lutut (Knee root) : Akar yang muncul dari tanah
kemudian melengkung ke bawah sehingga bentuknya menyerupai lutut.
4. Akar nafas (Pneumatophore) : Akar yang tumbuhnya
tegak, muncul dari dalam tanah, pada kulitnya terdapat celah-celah kecil yang
berguna untuk pernafasan.
5. Akar Tunjang (Stilt-root) : Akar yang tumbuh dari
batang diatas permukaan dan kemudian memasuki tanah, biasanya berfungsi untuk
penunjang mekanis.
Fungsi
Mangrove
A.
Fungsi Fisik Mencegah Erosi Pantai
1.
Menahan badai/gelombang
tsunami.
2.
Mencegah masuknya air laut ke
daratan (intrusi air
laut)
B.
Fungsi Ekologis
1.
Sebagai pelindung kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.
2.
Mengurangi terjadinya abrasi pantai dan intrusi air laut.
3.
Mempertahankan keberadaan spesies hewan laut dan vegetasi.
4.
Dapat berfungsi sebagai penyangga sedimentasi.
5.
Tempat mencari makan binatang
mangrove (Feeding Ground/Shelter).
6.
Tempat pemijahan/beranak pinak
dan pengasuhan binatang mangrove(Spawning/Nursery ground).
7.
Pemindahan/pertukaran nutrisi (Export
Nutrien).
8.
Produktivitas primer.
9.
Penghasil unsur hara/pupuk.
10. Penangkap bahan pencemar.
11. Perangkap karbon.
C.
Fungsi Sumberdaya dan Jasa Kayu bakar/arang.
1. Bahan baku industri.
2. Makanan dan obat.
3. Pariwisata
4. Perubahan/konversi lahan.
Upaya – upaya
Merehabilitasi Hutan Mangrove
Salah satu upaya untuk merehabilitasi hutan mangrove adalah dengan gerakan
penghijauan atau penanaman
kembali (replantasi).
Penanaman kembali biasanya
dilakukan dengan cara menanam
benih
mangrove (propagule)
langsung ataupun terlebih dahulu melalui persemaian. Menurut Bangen (2002) tingkat
keberhasilan
penanaman
benih mangrove
melalui persemaian terlebih
dahulu
relatif lebih
tinggi (60% - 80%) bila dibandingkan dengan
menanam langsung di lokasi (hanya 20%-30%).
Pentingnya budidaya kerugian habitat
mangrove.Hal ini jelas bahwa
praktik BUDIDAYA PERIKANAN LAUT bertanggung jawab untuk sebagian besar kerugian
meningkatnya rawa-rawa bakau di seluruh dunia. Cermin ini, pada yang lebih
besar, skala global, apa yang telah dikatakan untuk situs tertentu. Misalnya,
budidaya kolam telah dilaporkan bertanggung jawab atas 50% dari hilangnya
mangrove (IVA N VA LIELA , J EN N IFE R L. BOW EN , AN D JO A N N A K . YO RK,2001)
Kami dikumpulkan dan direvisi
menerbitkan informasi untuk meninjau status rawa /hutan bakau di seluruh dunia.
Untuk menilai status dari lingkungan pesisir utama ini, kami mengumpulkan dan
examined data yang tersedia untuk mengukur luasnya daerah hutan mangrove di
berbagai belahan dunia, kerugian dari kawasan hutan mangrove direkam selama
beberapa dekade terakhir, dan kontribusi relatif oleh berbagai aktivitas
manusia kerugian tersebut.
Kerugian habitat mangrove relatif
terhadap aktivitas manusia Untuk mengidentifikasi efek antropogenik umum
tentang kerugian bakau, pertama-tama kita bertingkat data loss ke negara-negara
dengan kerugian dan negara-negara dengan tidak ada kerugian atau keuntungan
dengan.Di negara-negara dengan
re-ductions di daerah hutan mangrove, hilangnya persentase Selain itu, area
tambak budidaya laut kemungkinan besar un-derreported, dan industri ini
berkembang dengan cepat. Sebagai contoh, persentase hasil udang komersial yang
mengangkat pertanian meningkat dari 3% menjadi hampir 30% antara tahun 1981 dan
1995.Perkiraan kami,
sebagian besar didasarkan pada data yang dilaporkan pada pertengahan 1990-an,
hampir pasti meremehkan daerah habitat pesisir dikonversi ke budidaya laut.
Karena pertimbangan ini, dan kurang data lebih konkret, kita hanya diasumsikan
bahwa kolam budaya dibangun di habitat mangrove.
(IVA N VA LIELA , J EN N IFE R L. BOW EN , AN D JO A N N A K . YO RK,2001)
METODE PENELITIAN
Metode dasar yang digunakan
dalam penelitian adalah metode deskriptif.Dan juga digunakan in-depth study untuk mengeksplorasi
informasi yang komprehensif dari responden .Lokasi penelitian ini dipilih
secara purposif,yaitu mendasarkan kriteria hutan mangrove yang baik adalah populasi tanaman bakau
masih banyak di
tcpi pantai dengan ketebalan lebih dari 100 meter, sedangkan kriteria sedang adalah
ketebalan tanaman bakau kurang dari 100 meter
atau
hanya berada
pada tepi
sungai, dan kriteria kawasan
yang rusak adalah
tanaman
baku
ya sedikit
atau
bahkan
pada
taraf punah. Berdasar atas hal tersebut
maka, lokasi yang dijadikan tempat penclitian adalah hutan mangrove
di Kecamatan Rembang,
Lasem, dan Sluke.
Respondcn yang akan dijadikan
sampel
adalah
warga
masyarakat yang memiliki kedudukan dan peran dalam proses konsensus (Kelompok
tani nelayan, RT, dukuh,
Perangkat desa) yang ada di Pasar Banggi Kecamatan Rembang, Desa Dasun di Kecamatan Lasem,
dan desa Leran dan Kecamatan Sluke. Dengan
dasar kriteria di atas, maka jumlah responden yang utuhkan adalah
30 responden.( Wisnu Pangaribowo dkk,2005).
LANGKAH- LANGKAH DALAM MENSOSOALISASIKAN
1.
Langkah Rapat
Pendahuluan
Langkah
pertama yang harus dilakukan untuk melakukan pekerjaan rehabilitasi mangrove
adalah membentuk
tim inti yang akan bertugas sebagai tenaga pendamping masyarakat dalam
melaksanakan program rehabilitasi mangrove di suatu kawasan mangrove.
Setelah
tim ini terbentuk langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan, target, tolak
ukur keberhasilan dan jadwal kerja program serta para mitra kerja baik
individu, swasta, LSM dan dinas terkait untuk membantu pendanaan dalam program
rehabiliitasi mangrove yang akan di laksanakan. Semua hasil rapat pendahuluan,
dituangkan dalam bentuk proposal.
2. Langkah
Penelitian Awal
Setelah
proposal dibuat, maka kegiatan selanjutnya adalah mencoba menawarkan proposal
tersebut kepada beberapa lembaga donor dan atau menyandang dana yang sekiranya
memiliki kesepahaman dan tujuan yang sama dalam menyelamatkan pesisir pantai di
program rehabilitasi mangrove kita. Selanjutnya, setelah para pihak terkait
yang kemudian terkait yang kemudian terkait yang kemudian disebut sebagai mitra
kerja membuat nota kesepahaman bersama untuk menyukseskan program rehabilitasi
mangrove tersebut, maka penelitian
awalpun, mulai bisa dijalankan.
Penelitian awal diadakan
untuk mengetahui tentang kondisi ekologi kawasan pesisir di lokasi program.
Peneliti di lakukan oleh tim inti, yang meliputi studi social ekonomi, budaya,
kependudukan, mata pencaharian, keanekaragaman jenis mangrove dan lain-lain yang berguna untuk mengetahui permasalahan
yang ada sehingga bisa dipecahkan
bersama-sama dengan
masyarakat setempat.
Selanjutnya,
untuk memperkuat data yang
kita dapatkan, maka pengambilan data primer social ekonomi, berupa penyebaran
kuesioner kepada masyarakat sekitar, juga penting untuk dilakukan.
3.Langkah
Sosialsasi ke Masyarakat
Setelah
melakukan tahap penelitian di lapangan, hasil,, kesimpulan dan rekomendasi yang
didapatkan berupa data dan angka serta permasalahan yang terjadi di lokasi
program pelaksanaan rehabilitasi mangrove kita,mulai disosialisasikan kepada
masyarakat dengan melaksanakan
sebuah sarasehan mangrove.
Sosialisasi
ke masyarakat adalah tahapan yang penting untuk dilakukan. Sebuah metode yang
bisa digunakan untuk mulai
mensosialisasikan tujuan
program rehabilitasi mangrove kita kemasyarakat bisa dilakukan dengan
melakukan metode PRA, yaitu sebuah metode pendekatan masyarakat yang meletakkan masyarakat sebagai subyek kegiatan
dan bukan obyek. Setelah memaparkan
hasil penelitian kita, masyarakat ikut berperan untuk berperan aktif dalam
pembuatan peta ini menunjukkan
keinginan masyarakat akan sebuah perubahan lingkungan pesisirnya kearah yang
lebih baik.
Kesimpulan
yang didapatkan dari tahapan ini biasanya adalah aksi tindak langsung untuk
mulai melakukan tahapan pekerjaan rehabilitasi mangrove dengan cara melakukan
survey lokasi, membuat bedeng persemaian, mengambil bibit, memberikan perlakuan yang baik setelah pemetikan buah,
membibitkan buah mangrove, menyulam untuk
menjaga kehidupannya, dan terakhir mempublikasikan hasil-hasil program rehabilitasi
mangrove yang telah dicapai kepada masyarakat yang lebih luas lagi, dalam bentuk
buku, pamphlet, brosur,film, booklet, dan lain sebagainya.
4.
Langkah Penbuatan
Bedeng
Tahapan selanjutnya adalah mulai
menjalankan tahapan teknis rehabilitasi mangrove yang pertama,
yaitu membuat bedeng penyemaian mangrove. Lokasi bedeng dipilih yang berdekatan
dengan lokasi penanaman mangrove untuk
mempermudah distribusi bibit mangrove.
Ada beberapa
macam bentuk bedeng :
a)Bedeng
tingkat
Bedeng tingkat artinya, dasar
bedeng ditinggikan beberapa cm
dari atas tanah dengan tujuan untuk
menghindari pemasangan bibit mangrove oleh pemangsa misalnya kepiting.
b) Bedeng
Tanpa Tingkat
Bedeng tanpa tingkat artinya, dasar
bedeng tidak tinggikan melainkan langsung menggunakan tanah sebagai dasarnya.
c) Tanpa
Bedeng
Persemaian buah mangrove bisa juga dilakukan tanpa bedeng,
dengan cara buah langsung buah langsung disemaikan di bawah pohon indukannya.
5.
Langkah Survei Lokasi
Buah Mangrove
Survey ini, meliputi survey lokasi
dan perijinan kepada warga setempat tentang
pemilikan lahan mangrove yang
akan kita ambil buahnya. Setelah itu diidentifikasikan beberapa lokasi
dan titik yang bisa dijadikan sumber bibit mangrove.
Waktu matang buah mangrove, rata-rata memiliki waktu yang sama di berbagai
daerah di Indonesia
6.
Langkah pengambilan
buah
Buah mangrove diambil dari pohonya langsung.
7.
Langkah perlakuan buah
Setelah
diambil buah mangrove kemudian diletakkan ditempat yang terlindung. Buah
mangrove bisa diletakkan sementara dibedeng atau di bawah induknya lanngsung.
8.
Langkah pembibitan
Tahap
pembibitan dilakukan setelah tahap
perlakuan bibit selesai. Pembibitan dilakukan dengan cara sebagai berikut..
a.
Ambil polibek, lalu isi
dengan lumpur yang ada di sekita bedeng.
b.
Isi polibek bengan
sedimen,tapi jangan terlalu penuh,
melainkan ¾ dari isi polibek.
c.
Setelah diisi lumpur,
lipat bagian atas polibek ke bagian luar , dengan tujuan, pada saat surut dan
cuaca kering, Kristal- Kristal garam air laut tidak terjebak kedalam polibek
yang bias menghambat pertumbbuhan buah mangrove.
d.
Tanam buah mangrove yang telah dipilih dan berkondisi
baik, ke dalam sedimen dengan kedalaman yang cukup.
e.
Jangan lupa untuk
menanam buah ceriops, sonneratia dan aviennia ke dalam
polibek kecil dan buah rizoophoa
dan bruuguiera ke dalam polibek yang berukuran besar
f.
Masukkan satu persatu
polibek yang sudah terisi dengan buah-buahan
mangrove tsb kedalam bedeng..
9.
Langkah Pembangunan APO
Apabila
diperlukan, sebaiknya setelah melakukan tahapan pembibitan dan sebelum diadakan tahapan penanaman,
maka dilakukan pembangunan pemecah gelombang atau APO.
10. Langkah
Penanaman
Sebelum
melakukan tahapa penanaman mangrove, maka
lokasi penanaman mangrove harus sudah disepakati bersama
antara tenaga pendamping, para mitra kerja dan masyarakat.
Beberapa
factor lingkungan penting yang harus di perhatikan, sebelum melakukan peneneman
mangrove antara lain adalah tipe substrat, sanilitas, temperature, ketinggian
tanah, PH, musim dan saluran air.
KESIMPULAN
Dengan demikian salah
satu upaya
merehabilitasi hutan mangrove agar mengurangi abrasi laut di daerah pantai
pasar banggi Rembang, Jawa Tengah adalah dengan gerakan
penghijauan atau penanaman
kembali (replantasi).
Dan dengan melakukan penghijauan hutan mangrove semua makhluk hidup akan mendapat
manfaat prnghijauan tersebut sebagai fungsi fisik mencegah
erosi pantai, fungsi ekologis, fungsi sumberdaya dan jasa kayu bakar/arang.
DAFTAR PUSTAKA
Macnae W.1968.A
general account of the fauna and flora of mangrove swamps and forest in the
Indo-West-Pacific region.Adv.Mar.Biol.6:73
Tandjung S.D.2002.”Tipe-tipeEkosistem
dalam bahan kuliah Ekologi dan Ilmu lingkungan Magister PengelolaLingkungan
Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta:Fak Geografi UGM.
Wisnu Pangaribowo
dkk.2005 “Konsensus sebagai pengorganisasian
masyarakat kawasan hutan mangrove di kabupaten rembang.”
Iva n Va liela
dkk.2001.”Mangrove Forests:One of the
World’s Threatened Major Tropical Environments.
Akhmad dwi dkk.2005
“Permasalahan konservasi ekosistem
mangrove di pesisir kabupaten Rembang,Jawatengah.”
Aris Priyono.2010.”Panduan
Praktis Tekhnik Rehabilitasi Mangrove di Kawasan Pesisir
Indonesia.KeSEMat,Semarang.
Departemen pertanian 2003.Pertanian Nasional Pengembangan Penyuluhan Pertanian,Departemen
Pertanian.Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian.
Google.http://boymarpaung.wordpress.com/2009/03/29/bentuk-akar-beberapa-jenis-mangrove/
diakses pada tanggal 5 mei 2014
Google.http://kesematpedia.blogspot.com/2011/06/karakteristik-morfologi-dan-fisiologi.html
pada tanggal 5 mei 2014