Jumat, 23 Mei 2014

jurnal pendidikan lingkungan hidup

Pendidikan Lingkungan Hidup
Rombel 4
Senin, jam 11.00 -12.40
UPAYA MASYARAKAT MEREHABILITASI HUTAN MANGROVE UNTUK MENGURANGI ABRASI AIR LAUT DI REMBANG
disusun oleh :
KELOMPOK 6
1.               Titah Bhurhandini                   (7101413014)
2.               Nur Farida Haq                       (7101413073)
3.               Nuzulia Intan Maulida            (7101413145)

Abstrak
 Program rehabilitasi mangrove, saat ini mulai banyak digunakan oleh para stakeholder mangrove di berbagai daerah di Indonesia, mengingat kerusakan mangrove di pesisir-pesisir Indonesia semakin hari semakin mengkhawatirkan.Ekosistem hutan mangrove memiliki peran yang sangat penting bagi ekosistem pantai, karena hutan mangrove dapat mencegah abrasi air laut.. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk pelestarian hutan bakau agar dapat kembali memberikan fungsinya bagi kesejahteraan makhluk hidup khususnya ekosistem di daerah pantai dan mendukung pembangunan wilayah pesisir. Keikutsertaan masyarakat dalam upaya rehabilitasi dan pengelolaan bakau dapat menjadi kunci keberhasilan pelestarian bakau. Tingkat pengetahuan dan respon masyarakat terhadap rahabilitasi ekosistim hutan manggrove akan didiskusikan dibawah ini.

Kata kunci : hutan mangrove, rehabilitasi, abrasi laut

PENDAHULUAN
Menurut Macnae (1968), mangrove berasal dari Bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove. Mangrove adalah tumbuhan yang terdapat di daerah pasang surut maupun sebagai komunitas.Kita sering menyebut hutan di pinggir pantai tersebut sebagai hutan bakau, walaupun ini tidak tepat, karena bakau adalah nama lokal untuk menyebut salah satu jenis mangrove, yaitu Rhizophora.
            Beberapa fungsi lain hutan mangrove secara ekologis: (1) sebagai pelindung kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil; (2) mengurangi terjadinya abrasi pantai dan intrusi air laut; (3) mempertahankan keberadaan spesies hewan laut dan vegetasi, dan (4) dapat berfungsi sebagai penyangga sedimentasi. Fungsi hutan mangrove secara ekonomis, sebagai penyedia berbagai jenis bahan baku kepentingan manusia dalam berproduksi, seperti kayu, arang, bahan pangan, bahan kosmetik, bahan pewarna, dan penyamak kulit, sumber pakan ternak dan lebah .Oleh karena itu, seperti pendapat yang dikemukakan Tandjung (2002) bahwa kerusakan dan kepunahan hutan mangrove perlu dicegah, dan perlu dikelola secara benar, mendasarkan pada prinsip ekologis dan pertimbangan sosial ekonomis masyarakat di sekitarnya.
Secara umum abrasi disebabkan oleh oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Penyebab faktor alam karena (1) adanya arus gelombang yang terjadi akibat pasang surut air laut, sehingga lama-kelamaan mengikis tepian pantai, (2) pemanasan global yang mengakibatkan suhu di permukaan bumi meningkat, sehingga membuat permukaan air di seluruh dunia meningkat dan kemudian merendam daerah yang permukaannya rendah. Sedangkan abrasi yang disebabkan oleh faktor manusia, yaitu (1) pengambilan batu karang dan pasir di pesisir pantai sebagai bahan bangunan, (2) penebangan pohon-pohon pada hutan mangrove atau hutan pantai.
Data dari Mediaindo (2003),menunjukan bahwa salah satu daerah yang paling parah kondisi mangrovenya adalah Kabupaten Rembang,itu seluas 1.060 hektare dari 1.101 hektare luas hutan bakau yang ada.Dari luas tersebut mangrove yang rusak mencapai 39,1% (117,1 hektare), kondisi sedang 9,4% (33,8hektare),dalam kondisi baik sekitar 51,5% atau 50 hektare.
Program rehabilitasi mangrove, saat ini mulai banyak digunakan oleh para stakeholder mangrove di berbagai daerah di Indonesia, mengingat kerusakan mangrove di pesisir-pesisir Indonesia semakin hari semakin mengkhawatirkan.
Berdasarkan  dari  hal  tersebut  di  atas,maka Kelompok Tani Tambak Sidodadi Maju Desa Pasarbanggi Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang merasa terpanggil untuk berperan  aktif  dalam  penanggulangan  lahan kritis dan pelestarian sumber daya alam, dengan jalan memanfaatkan lahan seoptimal mungkin sesuai kemampuan lahan. Langkah pertama yang dilaksanakan yaitu menghijaukan lokasi dengan tanaman penghijauan (mangrove) dilanjutkan dengan pembuatan pembibitan tanaman untuk memenuhi kebutuhan kelompok khususnya dan kebutuhan masyarakat pada umumnya.
            Tujuan penelitian ini adalah untuk memperkenalkan upaya merehabilitasi hutan mangrove agar mengurangi abrasi laut di daerah pantai pasar banggi Rembang, Jawa Tengah. Selain itu  bertujuan untuk mengenalkan fungsi dan manfaat dari hutan mangrove.

PEMBAHASAN
Jenis-jenis Mangrove
Mangrove dikelompokkan menjadi 2 jenis Mangrove Sejati dan Mangrove Asosiasi.
  1. Mangrove Sejati
Mangrove Sejati terdiri dari 2 jenis yaitu Mangrove Mayor dan Mangrove Minor.
·         Mangrove mayor
tumbuhan yang membentuk spesialisasi morfologis seperti akar udara dan mekanisme fisiologis khusus lainnya untuk mengeluarkan garam agar dapat beradaptasi terhadap lingkungan mangrove. Secara taksonomi, kelompok tumbuhan ini berbeda dengan kelompok tumbuhan darat. Kelompok ini hanya terdapat di hutan mangrove dan membentuk tegakan murni, tidak pernah bergabung dengan kelompok tumbuhan darat. Mangrove mayor mempunyai 34 jenis. Contoh: Bruguiera cylindrica (Tancang), Ceriops decandra (Kenyonyong), dan Rhizophora apiculata (Bakau).
·         Mangrove minor
Kelompok ini bukan merupakan bagian yang penting dari mangrove, biasanya terdapat pada daerah tepi dan jarang sekali membentuk tegakan murni. Mangrove Minor terdiri dari 20 jenis spesies.Contoh: Pemphis acidula (Sentigi), Excoecaria agallocha (Buta-buta), dan Xylocarpus granatum (Nyirih).
  1. Mangrove Asosiasi
Kelompok ini tidak pernah tumbuh di dalam komunitas mangrove sejati dan biasanya hidup bersama tumbuhan darat. Contoh: Vitex ovata (Legundi), Terminalia catappa (Ketapang) dan Thespesia populnea (Waru laut).
Mangrove Asosiasi adalah pohon dan mempunyai banyak kesamaan dengan pohon bakau, sehingga digabungkan juga sebagai kelompok bakau. Mangrove assosiasi terdiri dari 60 jenis.
Data Statistik Jenis Mangrove di Kota Rembang
Text Box: Habitus

Pecangakan
Text Box: Pasar BangiTabel  1.  Jenis-jenis  tumbuhan  mangrove  di  pesisir  Kabupaten
Rembang (Setyawan dkk., 2005a).
Text Box: Lasem
Nama Spesies                   Familia
Mangrove mayor
1.   Avicennia alba                  Avicenniaceae         p     +     +     +
2.   Avicennia marina              Avicenniaceae         p     +     +     -
3.   Avicennia officinalis          Avicenniaceae          p     -     +     +
4.   Bruguiera cylindrica          Rhizophoraceae       p     -     +     -
5.   Bruguiera gymnorrhiza     Rhizophoraceae       p     -     +     -
6.   Ceriops tagal                    Rhizophoraceae       p     -     +     -
7.   Nypa fruticans                   Araceae                    p     -     +     -
8.   Rhizophora apiculata        Rhizophoraceae       p     -     +     -
9.   Rhizophora mucronata     Rhizophoraceae       p     +     +     +
10. Sonneratia alba                Sonneratiaceae        p     -     +     -
11. Sonneratia caseolaris       Sonneratiaceae        p     -     +     -
12. Sonneratia ovata              Sonneratiaceae        p     -      -     +
Mangrove minor
13. Acrostichum aureum         Pteridaceae              s     -     +     -
14. Aegiceras floridum            Lythraceae               p     -     +     -
Tumbuhan  asosiasi
15. Acanthus ilicifolius            Acanthaceae            s     +     +     +
16. Calotropis gigantea           Asclepiadaceae       s     -     +     -
17. Cynodon dactylon             Gramineae               h     +     -      -
18. Cyperus sp.                      Cyperaceae             h     +     +     -
19. Derris trifoliata                  Leguminosae           s     -     +     +
20. Hibiscus tiliaceus              Malvaceae               p     -      -     +
21. Ipomoea pescaprae          Convolvulaceae       h     -      -      -
22. Pandanus tectorius           Pandanaceae          s     -      -     +
23. Phragmites karka              Gramineae              h     +     -      -
24. Sesuvium portulacastrum Aizoaceae               h     +     +     +
25. Spinifex littoreus               Gramineae              h     -      -     +
26. Stachytarpheta jamaicensiVerbenaceae          h     -      -      -
 27.  Terminalia catappa            Combretaceae        p      -      -      +  
 Jumlah                                                  27                     8    18   11
Keterangan: “+”hadir; -“ tidak hadir.  p = pohon, s = semak, h =
herba/rumput.
(Wisnu Pangaribowo dkk.2005)

Morfologi Mangrove
  1. Buah/Propagul Mangrove jenis mangrove Rhizophoda apiculata
·         Plumula adalah bakal daun yang tertutupi oleh keping buah.
·         Keping buah bisa dijadikan sebagai indikator bagi pemasakan buah.
·         Hipokotil semai antara batang dan akar yang berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan dan cadangan lainnya.
·         Radikula merupakan bakal akar yang menjelma menjadi akar-akar mangrove yang kuat.
  1. Sistem Akar Mangrove
Daerah yang menjadi tempat tumbuh mangrove menjadi anaerob (tak ada udara) ketika digenangi air. Beberapa spesies mangrove mengembangkan sistem perakaran khusus yang dikenal sebagai akar udara (aerial roots), yang sangat cocok untuk kondisi tanah yang anaerob. Akar udara ini dapat berupa akar tunjang, akar napas, akar lutut dan akar papan. Akar napas dan akar tunjang yang muda berisi zat hijau daun (klorofil) di bawah lapisan kulit akar (epidermis) dan mampu untuk berfotosintesis. Akar udara memiliki fungsi untuk pertukaran gas dan menyimpan udara selama akar terendam.Berikut ini adalah penjelasan mengenai beberapa bentuk akar dari jenis mangrove :
1. Akar udara (Aerial root) : Struktur yang menyerupai akar, keluar dari batang, menggantung di udara dan bila sampai ke tanah dapat tumbuh seperti akar biasa. Beberapa kadang-kadang menyerupai struktur akar yang dimiliki oleh famili Rhizophoraceae.
2. Akar banir/papan (Buttress) : Akar berbentuk seperti papan miring yang tumbuh pada bagian bawah batang dan berfungsi sebagai penunjang pohon.
3. Akar lutut (Knee root) : Akar yang muncul dari tanah kemudian melengkung ke bawah sehingga bentuknya menyerupai lutut.
4. Akar nafas (Pneumatophore) : Akar yang tumbuhnya tegak, muncul dari dalam tanah, pada kulitnya terdapat celah-celah kecil yang berguna untuk pernafasan.
5. Akar Tunjang (Stilt-root) : Akar yang tumbuh dari batang diatas permukaan dan kemudian memasuki tanah, biasanya berfungsi untuk penunjang mekanis.
 
Fungsi Mangrove
A.    Fungsi Fisik Mencegah Erosi Pantai
1.      Menahan badai/gelombang tsunami.
2.      Mencegah masuknya air laut ke daratan (intrusi air laut)
B.     Fungsi Ekologis
1.      Sebagai pelindung kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.
2.      Mengurangi terjadinya abrasi pantai dan intrusi air laut.
3.      Mempertahankan keberadaan spesies hewan laut dan vegetasi.
4.      Dapat berfungsi sebagai penyangga sedimentasi.
5.      Tempat mencari makan binatang mangrove (Feeding Ground/Shelter).
6.      Tempat pemijahan/beranak pinak dan pengasuhan binatang mangrove(Spawning/Nursery ground).
7.      Pemindahan/pertukaran nutrisi (Export Nutrien).
8.      Produktivitas primer.
9.      Penghasil unsur hara/pupuk.
10.  Penangkap bahan pencemar.
11.  Perangkap karbon.
C.    Fungsi Sumberdaya dan Jasa Kayu bakar/arang.
1.      Bahan baku industri.
2.      Makanan dan obat.
3.      Pariwisata
4.      Perubahan/konversi lahan.
Upaya – upaya Merehabilitasi Hutan Mangrove
Salah satu upaya untuk merehabilitasi hutan mangrove adalah dengan gerakan penghijauan atau penanaman kembali (replantasi). Penanaman kembali biasanya dilakukan dengan cara menanam benih mangrove (propagule) langsung ataupun terlebih dahulu melalui persemaian. Menurut Bangen (2002) tingkat keberhasilan penanaman benih mangrove melalui persemaian  terlebih  dahulu   relatif   lebih tinggi (60% - 80%) bila dibandingkan dengan menanam langsung di lokasi (hanya 20%-30%).
Pentingnya budidaya kerugian habitat mangrove.Hal ini jelas bahwa praktik BUDIDAYA PERIKANAN LAUT bertanggung jawab untuk sebagian besar kerugian meningkatnya rawa-rawa bakau di seluruh dunia. Cermin ini, pada yang lebih besar, skala global, apa yang telah dikatakan untuk situs tertentu. Misalnya, budidaya kolam telah dilaporkan bertanggung jawab atas 50% dari hilangnya mangrove (IVA N VA LIELA , J EN N IFE R L. BOW EN , AN D JO A N N A K . YO RK,2001)

Kami dikumpulkan dan direvisi menerbitkan informasi untuk meninjau status rawa /hutan bakau di seluruh dunia. Untuk menilai status dari lingkungan pesisir utama ini, kami mengumpulkan dan examined data yang tersedia untuk mengukur luasnya daerah hutan mangrove di berbagai belahan dunia, kerugian dari kawasan hutan mangrove direkam selama beberapa dekade terakhir, dan kontribusi relatif oleh berbagai aktivitas manusia kerugian tersebut.
Kerugian habitat mangrove relatif terhadap aktivitas manusia Untuk mengidentifikasi efek antropogenik umum tentang kerugian bakau, pertama-tama kita bertingkat data loss ke negara-negara dengan kerugian dan negara-negara dengan tidak ada kerugian atau keuntungan dengan.Di negara-negara dengan re-ductions di daerah hutan mangrove, hilangnya persentase Selain itu, area tambak budidaya laut kemungkinan besar un-derreported, dan industri ini berkembang dengan cepat. Sebagai contoh, persentase hasil udang komersial yang mengangkat pertanian meningkat dari 3% menjadi hampir 30% antara tahun 1981 dan 1995.Perkiraan kami, sebagian besar didasarkan pada data yang dilaporkan pada pertengahan 1990-an, hampir pasti meremehkan daerah habitat pesisir dikonversi ke budidaya laut. Karena pertimbangan ini, dan kurang data lebih konkret, kita hanya diasumsikan bahwa kolam budaya dibangun di habitat mangrove.
(IVA N VA LIELA , J EN N IFE R L. BOW EN , AN D JO A N N A K . YO RK,2001)
METODE PENELITIAN 
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif.Dan juga digunakan in-depth study untuk mengeksplorasi informasi yang komprehensif dari responden .Lokasi penelitian ini dipilih secara purposif,yaitu mendasarkan kriteria hutan mangrove yang baik  adalah populasi  tanaman bakau  masih banyak di  tcpi   pantai dengan ketebalan lebih dari 100  meter, sedangkan  kriteria sedang  adalah ketebalan tanaman bakau kurang dari   100  meter atau  hanya berada  pada   tepi   sungai, dan   kriteria kawasan  yang rusak adalah  tanaman  baku ya  sedikit   atau   bahkan  pada  taraf   punah. Berdasar atas hal   tersebut  maka, lokasi  yang dijadikan tempat penclitian adalah hutan mangrove di Kecamatan Rembang, Lasem, dan  Sluke.
Respondcn  yang    akan  dijadikan  sampel  adalah  warga  masyarakat yang  memiliki kedudukan dan   peran dalam proses konsensus (Kelompok tani  nelayan, RT, dukuh, Perangkat desa) yang ada  di  Pasar Banggi Kecamatan Rembang, Desa Dasun di Kecamatan Lasem, dan desa  Leran dan  Kecamatan Sluke. Dengan dasar kriteria di  atas, maka jumlah responden yang utuhkan adalah 30 responden.( Wisnu Pangaribowo dkk,2005).

LANGKAH- LANGKAH DALAM MENSOSOALISASIKAN
1.         Langkah Rapat Pendahuluan
Langkah pertama yang harus dilakukan untuk melakukan pekerjaan rehabilitasi mangrove adalah membentuk tim inti yang akan bertugas sebagai tenaga pendamping masyarakat dalam melaksanakan program rehabilitasi mangrove di suatu kawasan mangrove.
Setelah tim ini terbentuk langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan, target, tolak ukur keberhasilan dan jadwal kerja program serta para mitra kerja baik individu, swasta, LSM dan dinas terkait untuk membantu pendanaan dalam program rehabiliitasi mangrove yang akan di laksanakan. Semua hasil rapat pendahuluan, dituangkan dalam bentuk proposal.
2.      Langkah Penelitian Awal
Setelah proposal dibuat, maka kegiatan selanjutnya adalah mencoba menawarkan proposal tersebut kepada beberapa lembaga donor dan atau menyandang dana yang sekiranya memiliki kesepahaman dan tujuan yang sama dalam menyelamatkan pesisir pantai di program rehabilitasi mangrove kita. Selanjutnya, setelah para pihak terkait yang kemudian terkait yang kemudian terkait yang kemudian disebut sebagai mitra kerja membuat nota kesepahaman bersama untuk menyukseskan program rehabilitasi mangrove tersebut, maka penelitian awalpun, mulai bisa dijalankan.
Penelitian awal diadakan untuk mengetahui tentang kondisi ekologi kawasan pesisir di lokasi program. Peneliti di lakukan oleh tim inti, yang meliputi studi social ekonomi, budaya, kependudukan, mata pencaharian, keanekaragaman jenis  mangrove dan lain-lain yang berguna untuk mengetahui permasalahan yang ada sehingga bisa dipecahkan bersama-sama dengan masyarakat setempat.
Selanjutnya, untuk memperkuat data yang kita dapatkan, maka pengambilan data primer social ekonomi, berupa penyebaran kuesioner kepada masyarakat sekitar, juga penting untuk dilakukan.
3.Langkah Sosialsasi ke Masyarakat
Setelah melakukan tahap penelitian di lapangan, hasil,, kesimpulan dan rekomendasi yang didapatkan berupa data dan angka serta permasalahan yang terjadi di lokasi program pelaksanaan rehabilitasi mangrove kita,mulai disosialisasikan kepada masyarakat dengan melaksanakan sebuah sarasehan mangrove.
              Sosialisasi ke masyarakat adalah tahapan yang penting untuk dilakukan. Sebuah metode yang bisa digunakan untuk mulai mensosialisasikan tujuan program rehabilitasi mangrove kita kemasyarakat bisa dilakukan dengan melakukan metode PRA, yaitu sebuah metode pendekatan masyarakat yang  meletakkan masyarakat sebagai subyek kegiatan dan bukan obyek. Setelah memaparkan hasil penelitian kita, masyarakat ikut berperan untuk berperan aktif dalam pembuatan peta ini menunjukkan keinginan masyarakat akan sebuah perubahan lingkungan pesisirnya  kearah yang  lebih baik.
Kesimpulan yang didapatkan dari tahapan ini biasanya adalah aksi tindak langsung untuk mulai melakukan tahapan pekerjaan rehabilitasi mangrove dengan cara melakukan survey lokasi, membuat bedeng persemaian, mengambil  bibit, memberikan perlakuan yang baik setelah pemetikan buah, membibitkan buah mangrove, menyulam untuk  menjaga kehidupannya, dan terakhir mempublikasikan hasil-hasil program rehabilitasi mangrove yang telah dicapai kepada masyarakat yang lebih luas lagi, dalam bentuk buku, pamphlet, brosur,film, booklet, dan lain sebagainya.
4.         Langkah Penbuatan Bedeng
Tahapan selanjutnya adalah mulai menjalankan tahapan teknis rehabilitasi mangrove yang pertama, yaitu membuat bedeng penyemaian mangrove. Lokasi bedeng dipilih yang berdekatan dengan lokasi penanaman mangrove untuk mempermudah distribusi bibit mangrove.
Ada beberapa macam bentuk bedeng :
a)Bedeng tingkat
Bedeng tingkat artinya, dasar bedeng ditinggikan beberapa cm dari atas tanah dengan tujuan untuk menghindari pemasangan bibit mangrove oleh pemangsa misalnya  kepiting.
b)   Bedeng Tanpa Tingkat
Bedeng tanpa tingkat artinya, dasar bedeng tidak tinggikan melainkan langsung menggunakan tanah sebagai dasarnya.
c)   Tanpa Bedeng
Persemaian buah mangrove bisa juga dilakukan tanpa bedeng, dengan cara buah langsung buah langsung disemaikan di bawah pohon indukannya.
5.         Langkah Survei Lokasi Buah Mangrove
Survey ini, meliputi survey lokasi dan perijinan kepada warga setempat tentang  pemilikan lahan mangrove yang  akan kita ambil buahnya. Setelah itu diidentifikasikan beberapa lokasi dan titik yang bisa dijadikan sumber bibit mangrove.
Waktu matang buah mangrove,  rata-rata memiliki waktu yang sama di berbagai daerah di Indonesia
6.         Langkah pengambilan buah
Buah  mangrove diambil dari pohonya langsung.
7.         Langkah perlakuan  buah
Setelah diambil buah mangrove kemudian diletakkan ditempat yang terlindung. Buah mangrove bisa diletakkan sementara dibedeng atau di bawah induknya lanngsung.
8.         Langkah pembibitan
Tahap pembibitan  dilakukan setelah tahap perlakuan bibit selesai. Pembibitan dilakukan dengan cara sebagai berikut..
a.          Ambil polibek, lalu isi dengan lumpur yang ada di sekita bedeng.
b.         Isi polibek bengan sedimen,tapi  jangan terlalu penuh, melainkan ¾ dari isi polibek.
c.                Setelah diisi lumpur, lipat bagian atas polibek ke bagian luar , dengan tujuan, pada saat surut dan cuaca kering, Kristal- Kristal garam air laut tidak terjebak kedalam polibek yang bias menghambat pertumbbuhan buah mangrove.
d.               Tanam buah  mangrove yang telah dipilih dan berkondisi baik, ke dalam sedimen dengan kedalaman yang cukup.
e.                Jangan lupa untuk menanam  buah  ceriops, sonneratia dan aviennia ke dalam polibek kecil dan  buah  rizoophoa  dan bruuguiera ke dalam polibek yang berukuran besar
f.                Masukkan satu persatu polibek yang sudah terisi dengan buah-buahan  mangrove tsb kedalam bedeng..
9.         Langkah Pembangunan APO
Apabila diperlukan, sebaiknya setelah melakukan tahapan pembibitan dan sebelum diadakan  tahapan penanaman, maka dilakukan pembangunan pemecah gelombang atau APO.
10.      Langkah  Penanaman
Sebelum melakukan tahapa penanaman mangrove,  maka  lokasi penanaman   mangrove harus sudah disepakati bersama antara tenaga pendamping, para mitra kerja dan masyarakat.
Beberapa factor lingkungan penting yang harus di perhatikan, sebelum melakukan peneneman mangrove antara lain adalah tipe substrat, sanilitas, temperature, ketinggian tanah, PH, musim dan saluran air.

KESIMPULAN                               
Dengan demikian salah satu upaya merehabilitasi hutan mangrove agar mengurangi abrasi laut di daerah pantai pasar banggi Rembang, Jawa Tengah adalah dengan gerakan penghijauan atau penanaman kembali (replantasi). Dan dengan melakukan penghijauan hutan mangrove semua makhluk hidup akan mendapat manfaat prnghijauan tersebut sebagai  fungsi fisik mencegah erosi pantai, fungsi ekologis, fungsi sumberdaya dan jasa kayu bakar/arang.
DAFTAR PUSTAKA
Macnae W.1968.A general account of the fauna and flora of mangrove swamps and forest in the Indo-West-Pacific region.Adv.Mar.Biol.6:73
Tandjung S.D.2002.”Tipe-tipeEkosistem dalam bahan kuliah Ekologi dan Ilmu lingkungan Magister PengelolaLingkungan Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta:Fak Geografi UGM.
Wisnu Pangaribowo dkk.2005 “Konsensus sebagai pengorganisasian masyarakat kawasan hutan mangrove di kabupaten rembang.”

Iva n Va liela dkk.2001.”Mangrove Forests:One of the World’s Threatened Major Tropical Environments.

Akhmad dwi dkk.2005 “Permasalahan konservasi ekosistem mangrove di pesisir kabupaten Rembang,Jawatengah.”
Aris Priyono.2010.”Panduan Praktis Tekhnik Rehabilitasi Mangrove di Kawasan Pesisir Indonesia.KeSEMat,Semarang.
Departemen pertanian 2003.Pertanian Nasional Pengembangan Penyuluhan Pertanian,Departemen Pertanian.Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian.
Google.http://boymarpaung.wordpress.com/2009/03/29/bentuk-akar-beberapa-jenis-mangrove/ diakses pada tanggal 5 mei 2014
Google.http://kesematpedia.blogspot.com/2011/06/karakteristik-morfologi-dan-fisiologi.html pada tanggal 5 mei 2014